RELIC OF THE PAST : MOSQUES in MLANGI and LONING

In the seventeenth  century there were cheotic in Mataram Kingdom. The King was Amangkurat I. There was rebellion of Trunojoyo. Amangkurat I had two sons, Raden Mas Rahmat and the younger was Raden Mas Drajat or Pangeran Puger. (Raden Mas was a Javanese nobility title and Pangeran was Prince). Raden Mas Drajat refused  to take responsibility in defending the kingdom with its capital of Plered.  , therefore on 26th July 1704 his younger brother, Pangeran Puger took the throne having title Susuhunan Pakubuwana Senopati Ingalaga Ngabdurraman Sayidina Panatagama Khalifah Tanah Jawa, the short,  Pakubuwana I. The duty was given to Pangeran Puger.

LONING is a small village located in the district area of  Kutoarjo, Central Java, Indonesia. Specifically it's  located in the sub-district of Kemiri, around 30 km south of the city of Purworejo. There is found an old mosque, renowned as a cultural heritage, for it was an old mosque founded by a decendant of  the king of Mataram (Hinduist kingdom - now is Surakarta and Yogyakarata), he was a decendant of  Pangeran Puger Amangkurat II.  He was Mansur,  at his time, he studied a lot of  Islamic science and became a venerable Guru being titled Kyai Muhyidin Nurofingi, was renowned as "Kyai Guru" . Kyai  Guru  was renowned as a venerable high scholar (ulama) who disseminating Islam religion in this area. He founded a mosque along with a pesantren (school of Koranic studies for children and young people, most of them are boarders) being a place where  he was teaching Koran firstly in fluent and  good  rhythm and intonation in Java.  

The story began with the story of the father of Kyai Guru, he was Raden Mas Sandeya, who was renownsed as Kyai Ageng Mlangi (kyai Ageng is a  reference of great venerated scholar, teacher of Islam Religion), that was a venerated Guru who resided in a village called Desa Mlangi around mid to end of eighteenth century. There he founded a mosque along with pesantren. He was a royal kin, the first-born son of Prabu Amangkurat (Prabu = royal title), the king of Surakarta. His royal title as a crown prince was  Kanjeng Gusti Pangeran Angabei.  The young Sandeya was fond of learning, not only science of administration affairs, but also studies of Islam Religion. He was fond of making long distant journey, he went to Ampel, Gresik, East Java to study Islam religion, so he was very proficient in Islamic science, as well as in administration one. Once he returned to his castle in Kartosuro, he was inaugurated as the great royal knight representing Kartosuro admistration, but it lasted for only short period. He resigned from this royal office, because he wanted to perform meditation for searching a place, a blessed suitable land for religion dissemination. At last, along with his two escorts, he found a piece of land, located in south west of a mosque belonging to Haj Nawawi. That place looked glowing and had aromatic sense of smell, therefore this place was named MLANGI. There he built a residence for himself and  a mosque and pesantren. for his performing prayers. He granted  a piece of  land for residences of his two escorts located in the sounth of Mlangi. The  village then called DUKUH.
As royal kin, Kyai Ageng Mlangi was entitled to reap agricultural and any other farming yields on a vast land having width as far as the sound of Bedug (drum in mosque)

n
miKyai Ageng Pemanahan berputera
Panembahan Senopati Mataram I, berputera
Prabu Anyokrowati Mataram II, menurunkan :ab
Prabu Anyokroku sumo, Sultan Agung Mataram III menurunkan :h
Prabu Amangkurat Agung (Tegal Arum), Pleret Amangkurat I, dilanjutkan oleh:
Pangeran Puger Amangkurat II) di Kartosuro, seterusnya adalah:ro
R.M. Sandeyo yang kemudian bergelas Kyai Ageng Mlangi atau Kanjeng Gusti Pangeran Angabehi in Kartosuro.

Raden Mas Sandeyo kemudian terkenal sebagai Kyail Ageng Mlangi. Beliau adalah putera sulung dari Prabu Mangkurat Jowo (atau Mangkurat III) di Kartosuro. Sebagai seorang pangeran, belian harus banyak belajar mengenai pemerintahan, namun beliau juga senang belajar ilmu agama.

Ketika beliau kembali ke keraton bersama para pengawal yang bernama Sanusi dan Tamisani, R.M. Sandeyo kemudian diangkat menjadi pangeran atau Nayoko Agung yang mewakili pemerintahan Kertosuro. Namun beliau lebih memilih untuk pergi bertapa mencari tempat untuk padepokan atau tempat untuk dijadikan pesantren.

Dengan diiringi oleh kedua pengawalnya tadi, beliau bertapa untuk mendapatkan tempat yang benar-benar barokah. Ketika fajar mulai menyingsing, di waktu Dhuha, beliau menemukan hutan yang sekarang berada di sebelah tenggara Masjid Mlangi. Konon tempat tersebut ketika itu bersinar dan berbau harum. Oleh karena itu diberi nama desa Mlangi. Maka beliau berhenti berapa dan dengan dibantu oleh kedua pengawalnya mulai membabad hutan tersebut dan mendirikan pesantren yang sangat besar. Dan para pengawalnya ditempatkan di sebelah selatan Mlangi, di suatu desa yang di sebut desa Dukuh.

Sebagai wangsa keraton, untuk kehidupan, beliau mendapat sawah yang luasnya sejauh suara bunyi bedug dan juga hasil-hasil dari Keraton. Kyai Ageng Mlangi juga bergelar Kyai Ageng Nurman, juga Kyai Ageng Nyabrangsepisanan. Menurut ceritera, ketika terjadi huruhara perpecahan antara Surokarto dan Ngayogyokarto (menurut sejarah perpecahan itu terjadi dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755), Kyai Ageng Nurman pergi ke Semarang, sebelum tersusul oleh musuhnya, beliau pergi menunaikan ibadah haji. Konon, beliau menggunakan kesaktian dengan melebarkan saputangan merahnya di laut untuk beliau naiki sebagi apal, kendaraan beliau untuk pergi dan kembali dari Mekkah.

Kehebatan Kyai Ageng Mlangi itu membuat kagum banyak orang dari mancanegara. Banyak sekali para murid dari luar Jawa yang menuntut ilmu di psantren Kyai Ageng Mlangi. Di antaranya adalah seorang gadis cina yang cantik dari negeri Campa, yang pada akhirnya dipersunting oleh sang Kyai dan menjadi ibu dari Kyai Guru Loning.

Sesungguhnya Kyai Ageng Mlangi pernah menduduki tahta kerajaan dengan gelar Hamengku Buwono I di Ngayogyokarto. tetapi hanya sebentar sekali, karena keadaan negeri yang belum begitu aman dan juga karena beliau tidak setuju dengan dan menentang praktek hukum yang berlaku, seperti hukum pancung atau picis, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Setelah lengser, beliau kembali ke Mlangi. Namun beliau tetap membantu menjaga keselamatan negara, pada waktu terjadi perang Diponegoro, beliau juga mengerahkan para pemuda untuk bergerilya. Oleh karena itu beliau tetap mendapatkan jatah untuk hidup dari keraton sampai ke puteranya Kyai Haji Nawawi.

Terakhir Kyai Ageng Mlangi menikahi seorang gadis Campa atau Cina yang telah lama mengabdi pada sang Kyai. Ketika Kyai Ageng Mlangi mangkat, puteri campa itu sedang mengandung enam bulan, oleh karena beliau tidak berkenan untuk menetap di Mlangi, beliau pergi meninggalkan Mlangi menuju ke arah barat laut sampai di desa Bedungus, Kemiri, purworejo dengan berjalan kaki. Ketika tiba di desa Ngapak, di sisi timur sungai Progo, beliau berbelok ke utara, atas petunjuk kandungannya (janin dalam kandungannya) dan ini dilakukan sampai tiga kali. Kemudian, belau berjalan lurus ke barat melalui desa Kaligesing, sampai di desa Bedungus. Di sini beliau diterima oleh keluarga Kyai Sanusi, yang telah lama mengabdi dan menjadi murid Kyai Ageng Mlangi. Nyai Ageng Mlangi ini tinggal bersama keluarga Kyai Sanusi sampai melahirkan. Beliau melahirkan seorang putera laki-laki yang tampan paras mulanya. Beliau memanggil para putera Kyai Ageng Mlangi yang lain untuk menyaksikan bayi yang baru dilahirkan itu. Oleh kakak-kakaknya bayi tersebut diberi nama Raden Mas Mansoer.

Sejak kecil Raden Mas Mansoer bertempat tinggal di desa Bedngus dan belajar mengaji di hadapan Kyai Soleh Qulhu di daerah Payaman, Magelang. Dia merupakan santri yang pandai yang kemudian menjadi menantu Kyai Soleh Qulhu.
Di samping itu, Raden Mas Mansoer juga sering mendapat bantuan dari Patih Dipodirdjo, Purworejo, sehingga beliau dapat menunaikan ibadah haji. Beliau diambil menantu oleh Patih Dipodirdjo.

Pada wkatu Raden Mas Mansoer mengaji di Demak, beliau dijadikan menantu oleh Pengulu Demak. Dari Pernikahan ini beliau mempunyai putera Raden Mas Haji Ngaburrochman. yang kemudian menjadi pengulu Demak.
Raden Mas Mansoer juga memperdalam agama Islam di Aceh. Lama beliau berada di Aceh. Sepulang dari Aceh, beliau tetruko (berdiam dan membangun tempat tinggal) di Loning, warisan dari keraton yang berupa pada ilalang seluas k.l. 40 bahu atau sekitar 28.000 m2.

Kemudian dibantu oleh Glondong (setingkat dengan Kepala Desa atau lurah sekarang) Loning Dipomenggolo, beliau mendirikan pesantren berupa mesjid dan pondok untuk para santri yang datang dari luar daerah seperti Denak, Magelang, Kendal, Cirebon, Surabaya, Pacitan, Banten (Jawa Barat) dan lain sebagainya. Sehingga Raden Mas Mansoer yang bergelar Kyai Muchyidin Nurrofingi sejak itu dikenal sebagai Kyai Guru Loning.

Sosok Kyai Guru Loning merupakan seorang ulama yang mahir dalam ilmu agama Islam, guru Kurro' dan hafal al Qur'an. Beliau adalah seorang Guru yang mempunyai sifat kasih sayang, seorang ulama ahli wirangi, tidak bersedia mengerjakan yang tidak sepantasnya, tidak menyukai bebauan apa yang disebut mingsri (bahasa Jawa), tidak mau makan makanan dari orang tidak bertaqwa. Beliau juga sering berpuasa dan banyak mengerjakan sholat sunnah, sehari semalam bisa mencapai 41 rekaat. Beliau merupakan penyebar Agama Islam, dengan mesjid dan pondoknya di Loning, beliau mengajarkan selain beberapa kitab kuning, mengajarkan Al Qur'an dengan fasih dengan lagu Misriy, lagu Mukiyyi, Bashority.

Raden Mas Mansoer mempunyai beberapa isteri :

1. Puteri Penghulu Demak, berputera:
- RM Hj. Ngabdurrachman, yang kemudian menjadi Penghulu Demak

2. Puteri Ngalang-alang Ombo, berputera
- R.A. Fatimah, suami Kyai Taslim (Tirip, Gebang, Purworejo)
- R.A. Nyai Sangid (Djamilah)
- R.M. Hj. Muhammad Nur, Pengulu Landrat, Purworejo
- R.M. Kyai Busram, Loning

3. Puteri Patih Dipodirdjo berputera:
- R.M. Mohamad Djen - Guru Qurro' Solotiyang
- R.M. Kyai Machmud, Loning
- R.A. Nyai Istad (Kyai Ngabdurrachman, Bedug)
- R.M. Haji Soleh (Loning)

4. Puteri Lurah Kroya, berputera:
- R.M. Chamid (Sucen, Tritir, Bayan, Purworejo)

5. Puteri Kyai Soleh Qulhu, berputera
- R.M. Haji Ngabdullah Mahlan, yang menggantikan Kyai Guru Loning dalam Mengelola Masjid Loning)

R.M. Haji Ngabdullah Mahlan, berputera:
1. R.M. Imam
2. R.M. Djupri
3. R.A. Kuroisyin
4. R.A. Sofiah menikah dengan : Hadiwinangoen
5. R.A. Muthoharatun menikah dengan : Sosrowardojo
6. R.M. Mohammad, mengelola Mesjid Loning
7. R.A. Machmoedah menikah dengan : Soerodikoesoemo
8. R.A. Istifaiyah

Masjid Loning merupakan mesjid yang terletak di desa Loning.
Loning adalah sebuah desa yang terletak di wilayah kecamatan Kemiri, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Loning terkenal dengan mesjid dan makan Kyai Guru Loning.
Sampai sekarang masih tersohor sampai di mana-mana, bahkan keluar negeri, Malaysia, Serawak, Brunai Darrusalam. Setiap bulan Ruwah menjelang bulan Ramadhan banyak sekali pengunjung Mesjid Loning, yang juga sering menjadi tempat tujuan wisata spiritual.

THE LONING MOSQUE

LONING is a small village located in the district area of PURWOREJO, Central Java, Indonesia. Specifically it's  located in the sub-district of Kemiri, around 30 km south of the city of Purworejo. There is found an old mosque, renowned as a cultural heritage, for it was founded by a decendant of  the king of Mataram (Hinduist kingdom - now is Surakarta and Yogyakarata), that was a decendant of  Pangeran Puger Amangkurat II.  He was Mansur,  at his time, he studied a lot of  Islamic science and became a venerable Guru being titled Kyai Muhyidin Nurofingi, was renowned as "Kyai Guru"

Dirangkum dari Catatan-catatan K.R. Damanhuri
Dipersembahkan kepada Ibunda Tercinta almarhumah R.A. Machmoedah Soerodikosoemo
dan keluarga Besar Soerodikoesomo.



Komentar

  1. alhamdulillah usaha saya untuk mempererat silaturahmi keluarga kita mulai berbuah
    salam.
    ravie kebumen
    ]

    BalasHapus
  2. Raffie Ananda ....Maaf komentar anda baru Buyah baca hari ini, karena memang agak lama Buyah Idle dalam blogger ini... tapi percayalah kalau Ananda ingin mempererat keluarga Loning ... hubungi saja Buyah atau bisa dengan facebook dng alamat sriasiyati@yahoo.com.... Marilah kita bergabung semoga berhasil usaha kita... Salam manis...

    BalasHapus
  3. Buyah, saya punya usul agar silsilah disertai tahun agar kami bisa lebih memahami secara kronologi.
    Mohon maaf dan terima kasih.

    BalasHapus
  4. Ananda Ar Royyan Dwi Saputra - Usulan dipertimbangkan, sedang mencari bahan2. Terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASJID LONING - DRAF II

PONDOK PESANTREN MLANGI DAN LONING