FATAMORGANA

29 Juli 2011 - 00:05

Sebenarnya aku ingin memaki-maki, tapi takut juga, takut salah, sayang kan, kalau apa yang kualami ini bukan kesalahan. Bagaimanapun, itu semua merupakan cerita dalam perjalanan. Dari awal aku sudah berpikiran, bahwa keberuntungan yang sangat besar dan tiba-tiba itu tidak mungkin. Bisa mungkin, kalau keberuntungan itu diperoleh dari suatu kerja keras, perjuangan yang gigih, ataupun juga pengolahan modal yang besar. Keberuntungan semacam ini memang layak bagi siapapun yang telah berjuang. Kalau memang ada untung besar, yang datang begitu saja, hendaknya kita harus waspada, bisa-bisa itu hanya merupakan ujian, ujian mental yang sangat berat, karena di situ kita bisa terlalu dikuasai oleh emosi yang berlebihan sehingga bisa terpeleset ke dalam godaan-godaan setan, seperti main judi, main perempuan, atau menggunakan uang untuk berfoya-foya secara berlebihan; bisa juga sementara menunggu realisasi, bisa saja kita menjadi paranoid, berlebihan dalam berharap dan cemas ketakutan sehingga merusak kesehatan. Banyak juga hal itu menjadi moda penipuan; seperti yang telah sering terjadi, dibilang akan mendapatkan ratusan juta rupiah, minta nomor Rekening ATM, ujung-ujungnya saldo yang ada terkuras. Dalam kasusku, apa yang terlintas dalam ini adalah apa tidak mungkin itu nanti itu akan menjadi umpan perampokan; perampokan nasabah bank yang baru saja ambil uang di ATM sering ada dalam pemberitaan.

Seribu satu rasa, ketika mengetahui bahwa sejumlah valuta asing akan ditransfer; tak kuingkari bahwa aku sangat termakan oleh rasa perasaan ini, aku berjuang cukup lama untuk menenangkan dan kembali ke realita. Yang aku sadari adalah bahwa aku harus kuat dan sehat itu saja, itu keberuntunganku. Dalam pergulatanku untuk menundukkan rasa perasaan, aku biarkan diriku bermimpi. Menurutku, mimpi lebih baik daripada harus bersedih-sedih dan menyesali jalan hidupnya sendiri. Sebetulnya, rasa perasaanku sudah memastikan bahwa ini semua hanya fatamorgana... tapi ya namanya hidup, diberi harapan, ya mesti berharap ... terlebih-lebih dalam hal ini.... boleh bermimpi, mimpi yang paling indah, yang paling seru ....

20 Desember 2012,

Aku membaca kembali catatan ini, yang dibuat ketika ada rasa "kecelik" karena apa yang sepertinya sudah nyata, memenuhi segala prosedur yang dibutuhkan, ternyata hampa, artinya tak ada apa2. Apa sebenarnya yang terjadi pada waktu itu? Ini merupakan suatu tonggak mulai terjadinya perang "Baratayuda" dalam kehidupan pribadiku, yaitu:
Tgl. 24 Maret 2011: Email dari PIUS MINI dengan suubyek : "Congratulations your Email has won you the sum of GBP 950,000" email dng alamat  : sct.plc@gmail.com. Dalam email itu disebutkan bahwa uang telah tersedia di : Paying Bank : BANK STANDARD CHARTERED, Bank of London dengan Executive pelaksana adalah : DR. JAMES MATINS - Telp. +447024018897
 Data yang diminta adalah :
1. Bank Name
2. Account Holder
3. Account Number
4. Swift Code :  BNIAIDJA
5. Bank Address

Batch Nr. 12/25/0034
Vr. Nr. IU 487934VFD

Permintaan data telah dikirim, dan jawaban pada tgl 16 April 2011 dengan judul : TRANSFER IS UPDATE
dari : Dr. James Matins
Executive Governor
Standard Chartered Bank of  London - UK

Transfer dilaksanakan tgl 18 April, 2011.
Semua itu kuabadikan di sini karena ini merupakan permainan yang sangat jelek bagiku oleh Dunia Maya. Memang aku tidak membutuhkan uang atau rejeki nomplok semacam itu, tapi bahwa yang ketika itu aku pikirkan mendapatkan keajaiban (miracle) dari dunia maya yaitu akan mendapatkan jumlah uang yang sangat besar adanya telah melambungkan angan-anganku ke langit tingkat tujuh. Akibatnya ketika itu ternyata kosong melompong, aku bukan kecewa, tapi malah ada tuntutan yang berkecamuk di dalam diri ini, yang menuduh diri sendiri menjadi orang yang gagal, salah dalam menjalankan hidup selama ini, karena tidak memikirkan bahwa rasa hormat dan sanjungan sebagai "orang tua" tidak akan didapat karena diri ini memang tidak punya apa-apa, dan hidup bisa menikmati keindahan dunia itu karena aku ditampung oleh seorang keponakan yang ketika itu sedang naik daun, sedang kaya rayalah dan parahnya, karena bentuk dan cara hidupku pada waktu itu hanyalah membuat orang2 yang tidak suka menilai: bahwa aku ini hanyalah penumpang yang telah menggerogoti induk semangnya atau menjadi parasitlah di keluarga itu. Kondisi diperparah, karena aku juga ingin menerima perlakuan sebagai orang yang dicintai dan dihormati, yang menjadi sosok sesembahan bagi anak cucu. Sayangnya itu tidak mungkin, karena aku tidak punya apa-apa dan juga tidak memanggul mahkota, tidak ada tahta dan pula tidak punya kastil (ini kubayangkan bagi perempuan yang sudah menikah, punya anak, dan mesti punya rumah). Masalah ini tidak pernah terbayangkan ketika aku sudah memutuskan untuk hidup sendiri, artinya tidak bersuami dan mempunyai keluarga, yang pasti pada waktu itu aku hanya memikirkan kebutuhanku seorang diri, aku tidak mengganggu orang lain, aku tidak juga memikirkan kesalahan orang lain/suami dan lain2, yaitu tanggung jawab keluarga. Kukira aku hanya butuh sebuah kamar untuk istirahat dan kesehatan yang prima sehingga tenagaku yang kujual untuk menghidupi diriku sendiri. Tapi ketika sudah menjalani hidup bebas sendirian seperti itu, diujung usia yang mulai ringkih, diri ini menuntut rasa hormat, sanjungan dan kasih sayang dari para kawula muda, hal ini tidak bisa tercapai karena diri ini tidak punya apa-apa, diri ini tersentak juga dengan kata-kata "If you cannot give, your nephews will escape" - ya kata-kata ini yang ditelan mentah2 olehku, sehingga aku juga menuntut diri "Apa memang seperti ini yang diinginkan, hidup hanya menjadi benalu saja?" Dan tentu saja aku mengerti ketika aku berada dalam konflik batin yang kuat sekali, sikapku juga menjadi aneh dan bahkan membuat orang salah paham. Ujung-ujungnya aku merasa menjadi orang yang sangat tidak disuka, dan tidak dikehendaki, menjadi "persona non grata". Maka terjadilah banyak ceritera yang notabene membuat diri ini jelek dan tersudut, ibaratnya, aku sudah terperosok dalam kubangan lumpur, orang2 di sekitarnya tidak menolong, malahan memasukkan lumpur yang lebih banyak lagi. Aku banyak mendapatkan kesialan pada waktu itu, Orangtua menantu menebarkan ceritera yang mendiskriditkan diri ini, menantu menjadi merasa dilawan olehku, dan sebagainya, sehingga kuputuskan untuk melepaskan diri dari keluarga itu. Ibu dari menantu itu merasa bahwa aku tidak layak berada ditempat anaknya, karena aku adalah siapa, bukan siapa-siapa dari keluarga itu, aku hanya mengaku-aku sebagai orang tua dari keluarga itu; dan cucuku disudutkan selalu karena dekat denganku, karena aku hanyalah wanita yang tidak pernah menikah, itu hukumnya di dunia ini adalah memalukan, orangnya mesti bau dan tidak baiklah pengaruh bagi cucunya perempuan. Sayang sekali itu rupanya berpengaruh juga bagi ibunya (padahal anak ini yang aku sayang sejak bayi mula, bahkan dulu waktu kecil, aku ingin lari minggat, akan membawa anak (bayi) ini), tapi ketika aku hidup di lingkungannya, aku baru menyadari bahwa dia juga mempunyai emosi yang agak tidak pada tempatnya, dia suka mengarang atau membesar-besarkan ceritera, sehingga profilku di mata orang sekitarnya menjadi sangat buruk, aku dipikir adalah seorang wanita tua yang ditolak di mana-mana, tidak ada teman atau saudara-saudara yang memperhatikanku, di mana-mana aku suka bikin masalah, tapi ya syukur  alhamdulillah, bahwa semua itu tidak benar, semua saudara2ku masih sangat memperhatikan dan menghormatiku, kecuali keluarga satu ini pada intinya semua keluargaku masih menghormatiku. Puncak penderitaan adalah tanggal 20 Mei 2012, aku jatuh terpeleset dan kakiku tersiram minyak goreng panas, aku dibawa ke rumah sakit. Pada awalnya aku merasa telah sangat merugikan keluarga ini karena biaya rumah sakit kan selangit. selama 22 hari biayanya mencapai 55 juta rupiah, pada mulanya aku merasa aku berhutang sangat besar pada keluarga ini. Hanya saja aku selalu merasa bahwa aku yang tidak berbuat salah tapi nasib peruntunganku sangat buruk, sedangkan mereka itu sepertinya selalu beruntung; mungkin karena aku tidak benar dalam berdoa, dan mereka benar berdoanya. Ya tapi dengan sakit selama 22 hari itu aku merasakan perasaan yang melegakan, bahwa aku harus pergi dari keluarga ini, tadinya aku merasa yang kena hukuman dari Tuhan, lalu sepertinya aku berpikiran bahwa itu karena Tuhan menghukum keluarga ini, karena telah tidak mengakui manfaat dan gunaku berada di sana, kalau aku bukan siapa-siapa, maka mereka harus membayar dong per bulan berapa sebagai baby sitter atau governance. Aku berada di situ seutuhnya adalah 8 tahun, mungkin baby sitter sekelas denganku digaji Rp. 1 sejuta per bulan, dan setahun adalah 12 juta, sehingga 8 tahun menjadi : 8 x 12 juta = 96 juta, nah kalau mereka harus mengeluarkan 50 juta utk rumah sakitku, kan berarti itu pelunasan darinya untukku, yang 46 juta mungkin yang telah kumakan selama 8 tahun, makanya impaslah sekarang. Aku sudah lepas dari mereka, makanya aku sekarang berpikiran bebas dan memaafkan segala sesuatunya dan aku menjalankan hidup di sini apa bisanya dengan senang dan bahagia.

Ini kukemukan karena sekarang juga sedang diiming-imingi keberuntungan yang sangat besar, ini benar-benar membuatku bercabang dalam pemikiran sekarang ini. Di satu sisi aku ingin bisa hidup dengan baik dengan cinta, ilmu dan iman, hidup sederhana (down-to-earth) dan tidak neko-neko, aku hanya ingin mencari peluang saja kalau aku bisa memberi kebahagiaan pada orang lain, kalau tidak ya asal aku bisa menyajikan diri sebagai manusia bahagia dan bijak serta dicintai lingkungannya. Maafkan aku Sara, aku tidak benar-benar ingin mengikutimu, aku hanya ingin membuai diri sendiri dengan impian-impian yang kau janjikan, selebihnya aku akan menikmati hidup ini seutuhnya.

Komentar

  1. Meski aku sekarang sudah terlepas dari kehidupan mimpi selama ini, aku sekarang sedang menjalani ibadah puasa. Aku memang bukan orang yang terlalu religius, tapi segala hal yang dihadapkan padaku saat ini memang mengharuskan aku menyabarkan diri untuk dikaruniai suatu perjalanan di babak akhir ini yang nyaman, aman dan menyenangkan. Aku juga sudah menerima kalau kondisiku saat ini hanya sekedar menjalani apa yang ada dan apa yang bisa. Perhatian baik dari anak keponakan sampai saat ini memang sangat membantu, rasanya masalahku akan berlangsung dua bulan ini aman. Tapi tetap saja saat ini aku masih berdiri termangu di tengah perjalan yang sepertinya masih jauh dan tidak terlihat ada belokan atau tanda-tanda tempat pemberhentian. Ya aku sayang padaku sendiri, aku akan menikmati dengan baik perjalanan ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASJID LONING - DRAF II

PONDOK PESANTREN MLANGI DAN LONING

RELIC OF THE PAST : MOSQUES in MLANGI and LONING